Dukacita Di Hadapan Tuhan
oleh: Pdt. Dr. Erastus Sabdono
oleh: Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Harus dimengerti bahwa kehidupan orang percaya bukanlah kehidupan yang senantiasa diliputi oleh gelak tawa dan kegembiraan jiwani sebagaimana anak dunia miliki. Terhadap orang yang tidak mengerti dukacita jenis ini yang hanya hanyut dengan gelak tawa dan kegembiraan dunia Tuhan Yesus berkata: Celakalah kamu yang sekarang ini tertawa (Luk. 6:25). Dalam hal ini patut kita mengingat orang kaya yang selalau dihibur dan bersukacita oleh kekayaannya, tetapi ternyata ia miskin dihadapan Tuhan (Luk. 16:19-31). Akhirnya ia tidak pernah menikmati penghiburan dari Allah selamanya. Ini adalah kecelakaan yang maha dahsyat. "Berbahagialah orang yang berdukacita", pernyataan Tuhan di sini sangat aneh dan janggal. Ini adalah sebuah paradok yang sangat membingungkan. Dukacita adalah sesuatu yang dijauhi oleh manusia. Tetapi di sini justru dukacita dinyatakan dapat mendatangkan penghiburan. Tersirat jelas bahwa dukacita di sini bukan merugikan atau mendatangkan celaka tetapi sebaliknya menguntungkan. Pengertian dukacita di sini tidak boleh kita artikan salah. Duka cita di sini bukanlah dukacita seperti pengertian pada umumnya, yaitu dukacita oleh karena menanggung kesusahan tertentu karena suatu kesulitan hidup. Ini adalah dukacita yang memiliki ciri tertentu, sifat khusus. Inilah dukacita yang menurut Paulus sebagai dukacita “menurut kehendak Allah” (2Kor. 7:8-10). Mendengar kata “dukacita” pada umumnya kita sudah menolak, tidak menyukai dan memandangnya negatif. Tetapi ada satu jenis dukacita yang positif, dukacita yang mendatangkan keuntungan, kehidupan dan berkat. Untuk mengenal dukacita ini perlu kita terlebih dahulu melihat latar belakang dukacita orang Korintus. Mereka berdukacita karena surat Paulus, surat Paulus yang sering dikenal sebagai surat kemarahan yang pedas dan keras (Ing. severe letter). Sebuah surat pedas yang menunjukkan, membongkar dan menegor kebejatan dan berbagai praktek hidup jemaat Korintus yang mendukakan hati Allah. Surat itu berisi tegoran keras terhadap jemaat Korintus. Teguran itu menimbulkan suatu respon, yaitu dukacita yang mendalam (Yun. elupethete; kata benda: lupe; kata kerja lupeo - deeply grief, very sad) . Ini bukan dukacita dari dunia. Dunia ini memiliki berbagai dukacita yang membawa manusia kepada kebinasaan dan Iblis suka menggunakan sarana ini untuk membinasakan manusia. Rupaya teguran yang keras dan tegas dapat membuka mata pikiran seseorang mengenali dirinya, yaitu keberadaannya dimata Allah. Sehingga timbul dukacita yang benar. Oleh sebab itu kita hendaknya tidak menolak teguran-teguran keras yang ditikamkan atas kita. Jangan marah terhadap khotbah-khotbah keras yang disampaikan melalui mimbar-mimbar ini. Khotbah yang keras bukan saja khotbah yang menyinggung mengenai praktik-praktik amoral. Tetapi juga ajaran yang mengajak jemaat mengasihi Allah dengan kesediaan meninggalkan dunia ini dengan segala kesenangannya, mengiring Tuhan dengan rela memikul salib. Rela menderita karena menolak kompromi dengan dosa. Khotbah yang keras adalah khotbah yang mengajak umat untuk hidup seperti Yesus hidup. Dukacita jenis ini disinggung Tuhan dalam khotbah di bukit secara eksplisit. Ini sebuah ratapan yang akan muncul tatkala kita menyadari tidak ada kebenaran dalam hidup kita (Mat. 5:4; NIV: “Blessed are those who mourn, for they will be comforted”). Dukacita karena kesadarannya terhadap dosa. Inilah yang dialami oleh penduduk Niniwe sehingga hukuman Allah tidak jadi menimpa mereka (Yun. 3:1-5). Orang yang memiliki dukacita ini akan menjadi semakin kebal terhadap dukacita dunia yang ditancapkan oleh iblis. Menjadi tangguh dalam menghadapi berbagai pergumulan dalam hidup ini. Pararel dengan kenyataan bahwa kalau seseorang mengutamakan Tuhan dan bergumul mengutamakan kerajaan sorga maka segala persoalan hidup ini betapapun besarnya menjadi kecil atau tidak berarti lagi.
Sumber: [url=http://rehobot.net/node/1545]Dukacita Di Hadapan Tuhan | Rehobot Online[/url]
Profil Pdt. Erastus Sabdono:
Pdt. Erastus Sabdono, D.Th. adalah gembala sidang Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rehobot, Jakarta dan dosen di Institut Theologi dan Keguruan Indonesia (ITKI) Jakarta. Beliau menyelesaikan studi Sarjana Theologi (S.Th.) di ITKI Jakarta; Master of Theology (M.Th.) di Sekolah Tinggi Theologi (STT) Jakarta; dan Doctor of Theology (D.Th.) di Sekolah Theologi Baptis Indonesia (STBI) Semarang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip
The Best Time For Reading
calendars
Chating Ria
This is Me
Mengenai Saya
- Johan Andre Serhalawan,S.Teol
- kalu udah melakukan sesuatu biasanya akan lupa ama hal lain, n yang paling sering dilakukan adalah belajar maka sering lupa ama makan....
0 komentar:
Posting Komentar